Selasa, 05 Mei 2015

Nyaris Dapat ‘Mandat’ Prabowo, Elite Pemkab Makin Galau





“Nyaris dipastikan memperoleh ‘mandat’ Prabowo Subianto, ketua umum DPP Partai Gerindra, untuk mengisi kekosongan kursi Wakil Bupati Bogor mendampingi Bupati Nurhayanti hingga 2018, Handian Purwawangsa tetap istiqamah melaksanakan komitmennya memanfaatkan lahan tidur melalui pengembangan sistem integrasi pertanian Jagung modern di Kabupaten Bogor.”

Laporan: Mochamad ircham

Jagung, selain Padi dan Kedele, belakangan ini menjadi komoditi menggiurkan, dan langka di pasar domestik, karena telah diborong habis perusahaan pakan ternak. Warga, kini tinggal hanya bisa menikmati Jagung manis dari petani, padahal jika dikembangkan dengan memanfaatkan lahan tidur, ambil contoh di Kabupaten Bogor mencapai 6.000-9.000 hektare, rakyat takkan kehabisan Jagung sebagai alternatif konsumsi sehari-hari.
“Saya tidak anti perusahaan pakan ternak yang telah memborong habis Jagung kita, sehingga warga hanya bisa menikmati Jagung manis. Tapi, setidaknya Jagung harus jadi alternatif kebutuhan pokok masyarakat, agar asupan gizi mereka meningkat,” ungkap Ketua Komisi IV DPR RI, Edhy Prabowo dalam lokakarya dan expo Strategi Pencapaian Kedaulatan Pangan di IPB International Convention Center, Rabu (15/4).
Ketua DPP Partai Gerindra yang hobi Pencak Silat itu menyatakan, lahan tidur harus dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kepentingan publik. Sikap ini juga ditegaskan oleh Rektor IPB, Prof Dr Herry Suharyanto, “Bila perlu tanah sengketapun harus dimanfaatkan agar tak terus tidur alias tak produktif demi petani dan pencapaian ketahanan dan kedaulatan pangan. Yang penting tanami dulu, seperti di Tamansari, kami sudah manfaatkan lahan tidur, nyatanya sukses. Dan, IPB siap jadi provokator pengembangan inovasi dan advokasi di bidang pertanian,” tegas Herry, penuh semangat.
Dosen Fakultas Kehutanan IPB, Handian Purwawangsa mengaku, kini pihaknya juga terus berupaya memanfaatkan lahan tidur, bekerjsama dengan Pemkab Bogor dan Kementerian Pertanian dalam mengembangkan sistem terintegrasi pertanian Jagung modern di kabupaten berpenduduk 5.3 juta jiwa ini. “Saya segera berdayakan seribu hektare lahan untuk Jagung,” ujar aktivis yang kini nyalon jadi wakil bupati Bogor, mendampingi Nurhayanti itu.
Kabarnya, ia nyaris memperoleh mandat dari sang ketum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, makanya elite Pemkab Bogor segera ingin menemui Prabowo untuk pencalonan tersebut. Namun, Edhy Prabowo ketika dikonfirmasi, menyatakan hal itu sebaiknya dikonfirmasi ke Ketua DPC Partai Gerindra. Handian sendiri hanya tersentum ketika dikonfirmasi terkait kabar tersebut. “Sekarang, saya masih fokus kembangkan Jagung,” kilahnya.
Mengingat, jelasnya, problematika produk itu, kini mencuat, seperti kualitas lokal mutunya meningkat, namun pengelolaan paska panen tradisional, nilainya menurun dan tidak efisien. Ditambah lagi, sistem pengelolaan distribusi hasil panen tidak dilengkapi gudang yang memadai, dan dana talangannya merosot, sehingga hal ini menurunkan pasaran Jagung.
“Belum lagi persoalan supply, Jagung lokal tak populer di tingkat petani, karena dinilai tak menguntungkan, sementara penyebaran pertanian Jagung tak terkonsentrasi, dan sistem distribusinya dikuasai oleh broker atau tengkulak,” paparnya.
Penyelesaiannya, menurut Handian, dengan penerapan teknologi dalam pengelolaan paska panen, lewat corn dryer untuk meningkatkan kualitas. Ini juga harus diikuti sistem pengelolaan produk dengan distribusi chanel yang profesional. Dengan begitu, saya yakin Jagung bisa jadi sumber ekonomi baru bagi petani,” jelasnya. n

sumber : http://jurnalbogor.co/?s=handian

Senin, 30 Maret 2015

Bertekad Bangkitkan Lahan Tidur


Handian Purwawangsa dan Danrem 061/SK, Letkol Inf Fulad, Ssos, MSi.
Ketika TNI Dan Petani Bersatu Kembangkan Pertanian Kabupaten Bogor
“Di tengah terpuruknya dayabeli warga, dan melambungnya harga bahan kebutuhan pokok akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) belakangan ini, muncul komitmen TNI bersama petani Bogor untuk membangkitkan lahan tidur, sebuah upaya konkret menjawab jeritan rakyat.”
Laporan: Mochamad Ircham
Tekad TNI memperjuangkan tingkat ketahanan pangan di Kabupaten Bogor, sebagaimana didambakan Komandan Korem 061/Suryakancana, Kolonel Inf Fulad, SSos, MSi, dengan pola pemanfaatan lahan tidur terjawab sudah.
Handian Purwawangsa sebagai akademisi yang ahli dalam pemanfaatan lahan tidur (non produktif) di Kabupaten Bogor memaparkan, pola kesejahteraan masyarakat Bogor itu bisa dipacu melalui sektor pertanian. “Tentu, pertanian di sini dalam arti luas,” ujarnya.
Dandim 0621, Letkol Inf Nugroho Imam Santoso, SE, MM juga telah berdiskusi dan membahas langkah dan strategi membangun Kabupaten Bogor dengan konsep dan pelaksanaan kegiatan pertanian yang diuraikan oleh Handian Purwawangsa dalam forum resmi, seperti pada kegiatan Apel Dansat Jajaran Korem 061/SK, Selasa (24/3) di Gunung Bunder, Kabupaten Bogor.
“Saya sudah membuat kesepahaman (MoU/Memorandum of Understanding) dengan Ibu Yanti, Bupati Bogor,” ujar Dandim 0621, Letkol Inf Nugroho Imam Santoso, SE, MM. Ia menyatakan, untuk mencapai swasembada pangan secara nasional di Kabupaten Bogor, TNI difokuskan pada pendampingan.
Pemanfaatan lahan tidur dalam rangka mendukung tercapainya program swasembada pangan Kabupaten Bogor tersebut dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat. Untuk itu, TNI mempunyai peran penting dalam hal tersebut.
Mengelola alam dengan maksud mewujudkan ketahanan pangan, tambah Handian, bukan hanya tanggungjawab pemerintah, tapi juga TNI dan masyarakat. “Tiga pihak itu memiliki fungsi dan peran yang sama, sehingga alam tetap lestari dan memberikan manfaat berupa kesejahteraan pada masyarakat. Ujung dari keberhasilan menciptakan lingkungan hidup yang aman dan nyaman dengan pertanian adalah kesejahteraan. Ini selaras dengan pepatah leluhur kita, yakni ‘leuweung hejo, rakyat ngejo’. Prinsip ini yang harus terus diinternalisasikan,” cetus Handian.
Bob Asep Saepudin, Direktur Eksekutif Qiara Institute menyatakan, bila TNI dan Tani benar-benar menyatu dan berkomitmen bersama mewujudkan prinsip leluhur dengan semangat membangkitkan lahan tidur, itu sebagai langkah luar biasa. “Warga Kabupaten Bogor sudah seharusnya menerapkan pertanian terpadu (Integrated Farming) agar pemilik lahan dan para petani terhindar, bahkan segera terbebas dari kesenjangan yang ada,” paparnya. n

Selasa, 17 Februari 2015

Berantas Buta Aklsara membaca Al-Quran



Membaca Al-Qur’an

Handian: Butuh Gerakan Bersama yang Didorong Pemkab Bogor
Cibinong | Jurnal Bogor

Guna memberantas buta aksara membaca Al-Qur’an di Bumi Tegar Beriman dibutuhkan gerakan bersama yang didorong Pemkab Bogor, sehingga cakupannya yang selama ini sebatas pada program lembaga-lembaga tertentu, bisa semakin diperluas.
“Program-program pengajaran baca Al-Qur’an masih sebatas program dari lembaga-lembaga tertentu, dan belum menjadi gerakan bersama yang didorong oleh pemerintah, sehingga cakupannya masih relatif sempit,” ungkap Dosen Manajemen Kehutanan, Fakultas Kehutanan IPB, Handian Purwawangsa yang siap mendampingi Yanti, sapaan akrab Plt Bupati Bogor, Nurhayanti itu kepada Jurnal Bogor, Senin (16/2).
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta pada 2012, diperoleh data yang cukup mencengangkan, yakni 65 persen umat Islam belum bisa membaca Al-Qur’an alias buta aksara Al-Qur’an. Angka tersebut jauh lebih besar, jika dibandingkan dengan angka buta aksara,  merujuk pada data Kabupaten Bogor 2012 bahwa hanya ada 4,73 persen penduduk Kabupaten Bogor usia 15-60 tahun belum bisa membaca/buta aksara. Sebagai kabupaten yang memiliki visi meningkatkan kesalehan sosial dan kesejahteraan masyarakat, lanjut Handian, program mengurangi angka buta aksara Al-Qur’an adalah sesuatu yang wajib dilakukan, selain tentu saja tetap melanjutkan program peningkatan melek aksara Latin.
“Banyak faktor yang menyebabkan jumlah umat muslim yang belum bisa memahami Al-Qur’an, seperti faktor kesibukan, malu, lingkungan dan sistem pengajarannya yang rumit. Untuk anak usia dini, ketidakmampuan membaca Al-Qur’an banyak dipengaruhi oleh kurikulum yang kurang menunjang, terbatasnya guru ngaji di desa, kesibukan orangtua serta faktor lingkungan,” paparnya.

Persepsi masyarakat juga cukup berpengaruh, kata Handian, di mana orangtua mau membayar mahal, misalnya untuk kursus Bahasa Inggris atau pelajaran umum lainnya, tapi keberatan jika anaknya harus membayar untuk belajar membaca Al-Qur’an.

“Pemberantasan buta baca Al-Qur’an hendaknya difokuskan pada anak usia sekola (SD sampai dengan SMU), karena pada usia tersebut relatif mudah dalam menerima pelajaran, dapat diintegrasikan dengan program sekolah dan pada umumnya belum banyak memiliki beban hidup seperti orang dewasa,” ujarnya.

Langkah strategik yang dapat dijalankan, menurut dia, di antaranya adalah melakukan inventarisasi anak usia sekolah, melakukan pemetaan, mengapa mereka belum dapat membaca Al-Qur’an, melibatkan universitas/perguruan tinggi/pesantren yang memiliki kompetensi, para guru ngaji di desa, serta lembaga-lembaga yang sudah terlebih dahulu memberikan pengajaran baca Al-Qur’an, dan membuat serta menjalankan program, sesuai dengan masukan berbagai pihak yang berkompenten sesuai dengan karakteristik anak yang belum dapat membaca Al-Qur’an. n M Ircham


Senin, 16 Februari 2015

Percepatan Pembangunan Perekonomian Daerah Kabupaten Bogor“The time to repair the roof is when the sun is shining.” Apa yang dapat saudara tangkap dari ungkapan tersebut? Mulanya Kita berpikir apa yang dikatakan Kennedy itu hanya hal yang biasa dengan sedikit muatan. Siapapun, orang di negara bagian manapun tentu tahu bahwa waktu yang paling baik untuk membetulkan atap rumah yang rusak adalah ketika hari sedang baik atau cerah. Membetulkan atap ketika hujan hanya akan menjadi kesia-siaan terhadap usaha tersebut. Itukah yang ingin dikatakannya? Tidak mungkin sekelas Kennedy hanya sekadar mengumbar kata-kata, merelakan diri untuk berbicara hal sederhana tanpa tujuan apa-apa. Pada konstruksi bangunan, barangkali atap menjadi bagian terpenting sebagai benteng perlindungan. Tanpa atap, kita mungkin tidak akan mampu beraktivitas dengan tenang dan memiliki rasa aman. Bahkan akan sangat mungkin sulit melakukan apapun yang berkaitan dengan aktifitas keseharian. Lalu apa yang dimaksud dengan Kennedy mengenai atap? Pengasosiasian atap kerap dikaitkan pada banyak hal. Salah satunya adalah pada sebuah kondisi suatu negara atau wilayah, juga pada bidang ekonomi. Pada kalimat itu Kita melihat Kennedy sebagai seorang yang gelisah. Pemahaman terhadap kalimat tersebut muncul ketika Kita berpikir dan menyoal beban yang ditanggungnya kala itu. Oleh karena hal tersebut Kita menjadi sepakat apabila perspektif atap, kita asosiasikan dengan urusan ekonomi. Pertumbuhan pembangunan ekonomi di daerah agaknya selalu terbentur pada urusan-urusan yang mendasar. Masalah tanah dan izin. Tetapi percepatan pembangunan, apabila melihat kondisi di zaman modern ini menjadi sangat perlu. Di tempat tinggal Kita, Kabupaten Bogor, pertumbuhan ekonomi berada pada posisi rumpang, sehingga bersandar pada posisi manapun akan sama-sama sulit. Meskipun masih bisa dikendalikan. Laju pertumbuhan ekonomi yang berasaskan pemanfaatan lahan kosong untuk disulap menjadi ekonomi layanan publik justru kini berbalik menyerang. Pusat perkonomian yang tumbuh secara berlebih menjadikan para pelaku ekonomi masyarakat menjadi terseret yang akhirnya mematikan mata pencaharian mereka. purwawangsa_qoutes_8Kennedy melalui personifikasi atap, mengajarkan kita untuk bersabar dalam menjaga dan membangun pertahanan ekonomi. Tidak gegabah untuk naik ke atas ketika hujan belum reda meskipun keadaan sedang sulit. Ekonomi Kabupaten Bogor dapat dikatakan tumbuh dan melaju dengan sangat cepat. Namun ada hal yang luput di dalamnya, kesabaran sebagai kontrol diri tidak ditanamkan terlebih dahulu. Akibatnya pertumbuhan pembangunan ekonomi yang cepat tidak berdampak besar. Setelah penanaman kesabaran lewat filosofi atap akan memperlihatkan pada kita bahwa sebuah rumah harus dibentuk dan diwujudkan dari rasa aman dan nyaman di mana perekonomian tidak dikuasasi segelintir orang bahkan kelompok. Menurut Kita, Kabupaten Bogor tidak boleh takut mengangkat perekonomian di wilayah pertanian. Banyak lahan-lahan yang menunggu tangan-tangan pekerja keras yang percaya hidup dibangun dari usaha dan rasa saling memiliki, demi tercapainya kesejahteraan masyarakat.

sumber :http://handianpurwawangsa.com/percepatan-pembangunan-perekonomian-daerah-kabupaten-bogor/

Selasa, 10 Februari 2015

POLING

Selasa, 03 Februari 2015

Wujud Kerjasama Berkelanjutan Pemkab-Perguruan Tinggi Wajib Kembali Bangun Desanya!




“Pemkab bisa bekerjsama dengan perguruan tinggi di sekitar Bogor, lantas memberikan beasiswa unggulan kecamatan. Setiap kecamatan memperoleh satu beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi (bisa sarjana atau diploma). Setelah lulus, penerima beasiswa harus kembali untuk membangun desanya.”
Alternatif program untuk meningkatkan lama sekolah dan kualitas sumberdaya manusia, khususnya di pedesaan adalah dengan cara membuat program beasiswa unggulan kecamatan. Setiap kecamatan memperoleh satu beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi (bisa sarjana atau diploma).
Syarat utama dari beasiswa ini adalah jurusan yang diambil merupakan jurusan/keahlian yang paling diperlukan  oleh masing-masing kecamatan, dan  setelah lulus, maka penerima beasiswa harus kembali untuk membangun desanya.
Pemda bisa bekerjasama dengan universitas atau perguruan tinggi yang ada di sekitar Bogor. Jika program ini bisa berkelanjutan, maka di setiap kecamatan akan bertambah satu sarjana setiap tahunnya.
Program beasiswa juga harus diintegrasikan dengan program pembangunan di setiap desa atau kecamatan, sehingga sarjana yang sudah tercetak dapat bekerja di tempat asalnya.
Jika pendidikan formal tidak memungkinkan, maka dapat dibuat program pendidikan informal yang sesuai dengan kebutuhan anak putus sekolah. Sebagai contoh, untuk anak yang putus sekolah karena hukuman perlu dimasukkan ke dalam pendidikan nonformal yang mengedepankan pendidikan akhlak, moral dan motivasi.
Untuk anak putus sekolah karena alasan ekonomi bisa dibuat program pendidikan informal yang mengedepankan keterampilan di bidang pertanian, perbengkelan, jasa, dll, sehingga mereka dapat memiliki bekal yang cukup untuk mengarungi kehidupannya.
Upaya Dinas pendidikan Kabupaten Bogor melalui UPTDnya di setiap kecamatan yang sudah melakukan penyisiran murid putus sekolah perlu diapreasiasi dan dilanjutkan. Langkah berikutnya adalah memberikan treatment terhadap murid putus sekolah tersebut, sesuai dengan penyebabnya (internal atau eksternal).
Sebagai contoh, murid yang putus sekolah karena masalah ekonomi perlu memperoleh beasiswa penuh  dari pemerintahan daerah atau melalui program bapak angkat. Murid yang putus sekolah karena faktor lingkungan yang kurang baik, kurangnya motivasi atau karena minimnya  dukungan keluarga akibat terbatasnya wawasan orangtua bisa difasilitasi di sekolah atau pesantren yang menyediakan asrama, sehingga murid dapat memperoleh motivasi dan lingkungan yang kondusif.
Pendekatan dan komunikasi intensif juga perlu diberikan kepada orangtua murid untuk menanamkan pentingnya pendidikan untuk masa depan anaknya. Kunci dalam mengurangi putus sekolah adalah membuat program yang sesuai dengan faktor penghambat murid tersebut dalam melanjutkan pendidikan.
Kabupaten Bogor memiliki SDA yang cukup besar, mulai dari lahan yang subur, bahan tambang, air, sehingga bisa  dibilang, apapun ada di Kabupaten Bogor. Di sisi lain, SDM di Kabupaten Bogor masih perlu ditingkatkan. Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Bogor masih kurang dari 9 tahun,  artinya secara rata-rata masyarakat Kabupaten Bogor belum lulus SLTP.
Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor pada 2012, angka putus  sekolah untuk tingkat SD sebanyak 0, 20 persen, SMP sebanyak 0,50 persen dan  SMA sebanyak 0,80 persen.  Karena pendidikan merupakan faktor penting dalam memajukan suatu bangsa, maka perlu upaya, peran dan kerja keras pemerintahan daerah dalam memajukan pendidikan masyarakatnya. Oleh: Handian Purwawangsa | *

sumber : http://jurnalbogor.co/?s=handian+purwawangsa

Penetapan Bupati Terkatung-katung DPRD Minta Nurhayanti Tegas




DPRD Kabupaten Bogor mendesak Nurhayanti bersikap tegas, terkait siapa yang akan dipinangnya menjadi wakil bupati, pasalnya ketegasan itu akan mempercepat penetapannya sebagai Bupati Bogor, menggantikan posisi Rachmat Yasin, yang telah diberhentikan Menteri Dalam Negeri, karena tersangkut kasus hukum.
“Sikap tegas Bu Yanti, saat ini sangat ditunggu, sebut saja siapa nama calon wakil yang akan dipilihnya, karena gara-gara belum ada kejelasan, akibatnya penetapan dia sebagai Bupati Bogor menjadi terkatung-katung,” pinta Hendrayana, anggota DPRD asal Partai Hanura, kepada Jurnal Bogor, Minggu (01/02) di kediamannya di Jasinga.
Hendrayana menegaskan siapa pun yang nantinya dipilih Nurhayanti, untuk mendampinginya hingga tahun 2018 mendatang, DPRD pasti akan mendukungnya. “Mau si A atau si B, bagi DPRD tidak masalah, karena kita ingin persoalan Bupati dan Wakil Bupati Bogor cepat selesai, agar semua pihak fokus untuk melaksanakan program pembangunan,” ujarnya.
Hendrayana kembali menegaskan dari sejumlah calon yang ramai diberitakan untuk mengisi kursi wakil bupati, semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan. “Diposisi inilah, Nurhayanti harus pandai memilihnya, jangan sampai salah, karena tugas seorang wabup untuk saat ini lumayan berat, dan bukan lagi sebatas ban serep semata,” katanya.

Nurhayanti sendiri, masih enggan membuka mulut terkait nama calon pendampingnya nanti. Ia hanya menginginkan calon yang akan dipinangnya nanti haruslah yang satu visi dengan dirinya, yakni sama-sama memiliki semangat juang untuk mewujudkan Kabupaten Bogor termaju di Indonesia. “Pada saatnya nanti akan saya umumkan, siapa nama calon wakil bupati. Untuk saat ini saya belum bisa, karena ingin fokus dulu melaksanakan program-program pembangunan,” karanya singkat.
Sementara itu, empat nama yang masuk bidikan Nurhayanti, mengaku siap bekerja sama dengan Bupati, untuk menjalankan program-program pembangunan yang telah dicanangkan mantan Bupati Rachmat Yasin. “Tak ada alasan apapun bagi saya untuk tidak melanjutkan program yang dicanangkan RY, yang tak lain sahabat saya itu, blue print rencana pembangunan Kabupaten Bogor kedepan sudah tepat,” kata Endang Kosasih.
Fitri Putra Nugraha alias Nungki, pun sama, putra almarhum  mantan Bupati Agus Utara Effendi ini mengaku telah mengetahui permasalahan yang dihadapi Kabupaten Bogor. “Selama dua periode menjabat anggota DPRD, ada sejumlah masalah yang diminta masyarakat untuk segera diselesaikan, diantaranya soal peluang usaha, kemiskinan dan perbaikan infrastruktur. Dengan APBD cukup besar, semua masalah itu bisa diselesaikan, dengan catatan dilaksanakan secara konsisten,” tegasnya.
Ade Munawaroh Yanwar, yang kini menjabat Wakil Ketua DPRD mengaku siap jika warga memberikan amanah kepada dirinya untuk menjadi pendamping Bupati Nurhayanti. “Kalau memang takdir menghendaki saya menjadi pendamping Bu Yanti, amanah itu akan saya laksanakan dan jaga dengan sebaik-baiknya, demi terwujudnya Kabupaten Bogor yang maju dan sejahtera,” ungkapnya.
Nama terakhir yang ikut meramaikan bursa calon wakil bupati, Handian Purwawangsa, sarjana ilmu kehutanan jebolan IPB, yang kini banyak berkiprah membantu petani dengan memanfaatkan lahan tidur, mengaku 100 persen siap. “Lahan di Kabupaten Bogor ini sangat subur, tanaman apapun bisa tumbuh, dan bisa dijadikan alat atau sarana untuk menekan tingginya angka pengangguran dan kemiskinan, dan jika saya dipercaya mendampingi Bu Yanti, program ini akan saya perkuat,” ujarnya. n Mochamad Yusuf
sumber :  http://jurnalbogor.co/?s=handian+purwawangsa

Senin, 02 Februari 2015


Sebagai bagian dari institusi pendidikan terkemuka bidang pertanian di Indonesia yakni Institut Pertanian Bogor, Direktorat Kajian Strategis dan Kebijakan Pertanian IPB ingin mewujudkan pengarusutamaan pertanian melalui rangkaian kegiatan kajian yang diikuti dengan program aksi. Salah satu bagian dari program aksi yang dilakukan oleh Direktorat KSKP IPB adalah advokasi petani manggis Kabupaten Bogor guna peningkatan akses pasar.
Direktorat KSKP IPB melihat adanya potensi perkebunan manggis yang besar di Kabupaten Bogor, tepatnya di Desa Leuwikaret dan Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal. Desa-desa di Kecamatan Klapanunggal ini mempunyai potensi pengembangan pertanian yang tinggi, khususnya untuk komoditas manggis dilihat dari segi kesesuaian biofisik, luasan pengusahaan komoditas manggis, dan tingginya minat masyarakat dalam pengembangan manggis. Hingga saat ini tercatat lebih dari 30 ha lahan manggis yang diusahakan. Melihat keunggulan ini, Direktorat Kajian Strategis dan Kebijakan Pertanian IPB berencana untuk melaksanakan pembinaan lebih lanjut guna meningkatkan akses petani terhadap pasar.
Pembinaan yang dilakukan Direktorat KSKP IPB rencananya akan terbagi menjadi dua sektor yakni sektor pembinaan pembudidayaan manggis dan sektor pemasaran produk manggis. Pada sektor pembinaan pembudidayaan manggis, akan dilaksanakan serangkaian kegiatan guna peningkatan kapasitas petani melalui pelatihan pembibitan dan bila memungkinkan juga akan dilakukan sertifikasi pohon indukan. Sedangkan di sektor pemasaran produk pertanian, akan dilaksanakan rangkaian kegiatan peningkatan kapasitas petani dalam memasarkan produk, mengakses informasi pasar yang lebih luas dan peningkatan akses penjualan komoditas manggis langsung ke konsumen dan atau ke eksportir. Pada akhirnya, pembinaan yang dilakukan diharapkan bisa mewujudkan pembibitan manggis swadaya dan meningkatkan akses petani terhadap pasar lokal maupun internasional.

Jumat, 30 Januari 2015

F2 Pilihan Hj Nurhayanti


Setelah sekian lama dinanti-nantikan, F2 (kandidat Wakil Bupati Bogor) pendamping Hj Nurhayanti, Plt Bupati Bogor yang pantas jadi pasangan handal dalam memasarkan Kabupaten Bogor akhirnya bermunculan juga. Tak hanya dari kalangan politisi, namun juga akademisi.
Sejumlah kriteriumpun mencuat, sehingga F2 yang dimaksud klop dengan rencana pencapaian visi-misi Bupati menjadikan Bogor sebagai kabupaten termaju di Indonesia, dengan 25 penciri, yang meliputi sektor Ipoleksosbudhankammil (ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan, militer) plus pendidikan, kesehatan, olahraga, pariwisata, dan pertanian. Sektor pertanian yang sangat melekat dengan kondisi Kabupaten Bogor berpenduduk 5,3 juta jiwa ini ternyata sempat membuat kita semua berpaling kepada kandidat yang tak hanya mampu membuat konsep pertanian terpadu, namun juga bisa merealisasikan program yang menjanjikan itu, bahkan dapat menjadi lokomotif (penggerak) sektor lain di Kabupaten Bogor.
Tampilnya akademisi IPB, Handian Purwawangsa, SHut, MSi dalam bursa F2 pilihan Hj Nurhayanti bisa jadi harapan baru bagi Kabupaten Bogor. Penampilan dosen pada Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB ini tak hanya menuai asa, tapi juga gereget (himmah) mewujudkan peran aktif IPB di Bumi Tegar Beriman ini. Kerjasama dengan pemerintah pusat diharapkan makin cair, terutama dalam mewujudkan program pertanian terpadu yang prorakyat dan realistis dikembangkan di Kabupaten Bogor, serta memiliki ciri khas kearifan lokal.
Basis kebijakan publik yang diharapkan bersumber dari ilmu pengetahuan dan data akurat bakal jadi magnet tersendiri dari kelompok kepentingan yang peduli terhadap pengembangan lahan tidur, dengan biaya relatif murah, namun menghasilkan kemaslahatan bernilai ekonomis tinggi (EVA: Economic Value Added). Tawaran program F2 itu tentu bakal seiring sejalan dengan harapan Hj Nurhayanti, terutama untuk menggerakkan pencapaian MDG’s (Millenium Development Goals), tanpa harus direcoki oleh hal-hal pelik di bidang hukum dan resistensi kepemimpinan di masa depan.
Kreativitas program yang dipadukan dengan leadership F1 dan F2 nonpartai, tak di satu parpol, tapi bukan berarti tak ada di mana-mana, bakal jadi pertimbangan menarik paska kepemimpinan Rachmat Yasin. Semoga. n
Sumber : Mochamad Ircham
http://jurnalbogor.co/?s=handian

Kamis, 22 Januari 2015

IPB Ajak Ibu PKK Bertani


Institut Pertanian Bogor atau IPB mengajak ibu-ibu tim penggerak PKK bertani dengan memanfaatkan lahan di sekitar pekarangan rumah. Selain membuat suasana rumah asri, sekaligus membantu untuk meningkatkan pendapatan keluarga.
ceramahhhhhhhhh“Bertani itu tidak hanya bisa dilakukan di lahan yang luas, tapi kita bisa memanfaatkan lahan sempit semisal pekarangan rumah,”kata Wakil Direktur Kajian Strategis dan Kebijakan Pertanian IPB Handian Purwawangsa, ditemui Jurnal Bogor, usai lokakarya pemanfaatan lahan dan pekarangan di sebuah hotel di Jalan Pajajaran, Kota Bogor, Selasa (11/11).

Handian menjelaskan lahan pekarangan yang ada di hampir sebagian besar rumah warga,khususnya yang tinggal diperkampungan bisa ditanami berbagai tanaman buah, seperti pepaya maupun obat-obatan.”Jika pemanfaatan lahan pekarangan digalakan, saya yakin kebutuhan buah pepaya untuk warga kota maupun kabupaten terpenuhi,”ujarnya.

IPB lanjut dia sengaja menjadikan kaum ibu, khususnya yang tergabung dalam tim penggerak PKK sebagai sasaran program ini, alasannya mereka ini yang lebih sering berada di rumah.”Jadi tahu betul apa yang harus dilakukan atau dikerjakan,”jelasnya.
Tahap pertama yang diberi pelajaran atau teori ini kata dia lagi ibu-ibu dari wilayah Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor.”Setelah diberikan teori, pekan depan mereka ini akan diajari praktik lapangan. Dan selama tiga bulan akan kami pantau untuk melihat hasilnya, artinya program ini tak hanya terhenti di lokakarya saja, tapi berkelanjutan,”terangnya.

Sementara itu, Yulih Prawira Sumantri, dari Yayasan Pendidikan Megamendung, yang menjadi rekan IPB, menjelaskan program bertani dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah yang digelar IPB ini, akan banyak membawa manfaat bagi warganya khususnya yang tinggal di sekitaran Megamendung.

“Bertani di pekarangan rumah sangat cocok diterapkan di Megamendung, karena lahan atau tanahnya sangat subur untuk ditanami berbagai jenis buah, mungkin salah satunya pepaya,”ujar kepala SMP YPM ini.

Selain ibu-ibu PKK, kata dia program ini sebenarnya telah dilaksanakan di sekolah yang dipimpinnya.”Kebetulan siswa yang bersekolah di SMP YPM ini, anak-anak petani yang tak mampu, makanya selain diajari mata pelajaran umum, mereka juga kita ajarkan cara bertani,”pungkasnya. n Mochamad Yusuf

Sumber : http://jurnalbogor.co/

Buah Lokal Bogor Diminati Eksportir




IPB, siap membantu memasarkan produk pertanian lokal Bogor, untuk ditembuskan kepasar domestik maupun untuk ekspor ke mancanegara dan IPB sudah menggandeng sejumlah eksportir yang bersedia membeli produk buah-buahan lokal Bogor untuk dipasarkan kesejumlah negara.
“Peluang produk pertanian lokal Bogor untuk menembus pasar internasiol sangat terbuka. Sekarang tinggal kemauan kita semua, bisa tidak menyiapkan produk yang diminta secara berkelanjutan,” ujar Handian Purwawangsa, Wakil Direktur Kajian Strategis Kebijakan Pertanian IPB, kepada Jurnal Bogor, Minggu (23/11).
Handian, yang ditemui disela acara diskusi tentang peluang dan tantangan ekspor produk pertanian Bogor, di Papyrus, lebih lanjut mengatakan, buah-buahan lokal bisa menembus pasar global atau internasional, karena buah-buahan tersebut unik yang tidak ada di negera lain.
Namun kata dia, masalahnya produktifitas buah-buahan yang diminati pasar luar negeri itu, belum besar, lantaran masih dikelola secara tradisional oleh para petani dan luas areal penanamanya juga masih kecil serta terpencar-pencar, sehingga sulit memenuhi permintaan dalam jumlah besar.
“Tapi IPB sudah menemukan solusinya, di wilayah Bogor khususnya kabupaten ada sekitar enam ribu lahan tidur yang belum dimanfaatkan. Disinilah kita memerlukan peran dari pemerintah daerah, agar lahan tersebut bisa kita olah dan ditanami tanaman buah dan produk hortikultura lainnya,” jelas Handian.
Selain pasar global, buah lokal Bogor juga kata Handian, sekarang ini banyak diminati para pengelola pasar-pasar modern atau supermarket. Karena sekarang ini kata dia lagi, pola konsumsi masyarakat mulai ada pergeseran, dari awalnya hobi mengkonsumsi buah impor, kini terbalik, buah lokal lah yang dilirik dan dibeli.
IPB lanjut Handian, lewat Direktorat Direktorat Kajian Strategis Kebijakan Pertanian (KSKP), untuk mengisi peluang tersebut, dalam beberapa tahun ini sudah melakukan aksi dengan melakukan penanaman buah-buahan lokal, dengan melibatkan ratusan petani di sejumlah kecamatan di Kabupaten Bogor dengan memanfaatkan lahan-lahan pekarangan rumah.
Wili Hidayat, salah seorang pemuda yang menjadi mitra IPB, dalam mengembangkan tanaman buah lokal menambahkan, sektor pertanian jika dikelola dengan baik, akan membuat daerah semakin kuat. “Pertama jelas kita tak perlu lagi mendatangkan kebutuhan pangan dari luar, malah sebaliknya kita bisa mengirimnya keluar,” ujarnya.
Namun masalahnya kata Wili, pemerintah sekarang ini sepertinya banyak yang mengabaikan atau meremehkan masalah pembangunan sektor pertanian. Karena pemerintah terutama di dearah lebih senang memperhatikan industri manufaktur untuk dijadikan andalan mengumpulkan pundi-pundi kas daerah.
“Ini kebijakan yang salah, dan dampaknya sudah terasa sekarang, karena produktifitas pertanian turun, kita banyak melakukan impor dari mulai beras hingga buah-buahan. Makanya kedepan kita minta sektor pertanian kembali diperkuat, agar bangsa ini kembali jaya dan menjadi tuan rumah di negerinya sendiri,” tutupnya. n Mochamad Yusuf

Sumber : http://jurnalbogor.co/

“Pencanangan Pemanfaatan Lahan Tidur” (Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.)









Sektor pertanian berperan besar dalam perekonomian nasional. Selain berperan sebagai penyedia bahan pangan, lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa, sektor pertanian juga berperan strategis dalam pengurangan kemiskinan. Sebagian besar penduduk yang tergolong miskin tinggal di desa menggantungkan hidupnya di sektor ini. Upaya pembangunan pertanian yang mengarah ke pertumbuhan produktivitas pertanian secara keseluruhan diyakini dapat membantu pengurangan penduduk miskin dalam jumlah yang cukup signifikan. Pertumbuhan sektor pertanian dapat menciptakan tambahan bahan pangan, lapangan kerja baru dan peningkatan pendapatan masyarakat di pedesaaan. Peranan sektor pertanian tersebut terjadi terutama karena sub sektor tanaman pangan berkembang dengan sangat pesat. Di samping itu, sektor pertanian juga berperan besar dalam upaya perwujudan ketahanan pangan nasional

Peranan tersebut akan lebih signifikan jika ditunjang dengan pengetahuan akan penerapan teknologi pertanian baik yang bersifat teknis maupun non teknis. Adapun secara teknis yaitu meliputi penggunaan bibit varietas unggul diiringi dengan penggunaan mesin pertanian, pemupukan dan pemeliharaan harian. Sedangkan secara non teknis antara lain petani memahami akan beberapa program pendukung pertanian antara lain pemberian bantuan pengembangan usaha baik melalui sistem bantuan kredit atau kerjasama, program subsidi pupuk, pemanfaatan optimalisasi lahan melalui sistem tumpang sari, agroforestri, agrosilvopastura, dan sistem penunjang lainnya. Secara umum kondisi petani di Indonesia adalah petani gurem yang memiliki modal terbatas dan dengan tingkat teknologi yang rendah dengan produktivitas yang rata-rata masih rendah. Hal itu membuktikan bahwa petani gurem memiliki efisiensi teknis yang rendah karena belum mampu mendapatkan output secara maksimum dan efisiensi alokatif belum efisien dan masih perlu penambahan input produksi untuk mendapatkan output maksimum.
Pemberdayaan petani dalam rangka menambah input baik berupa bantuan kerja sama ataupun pembekalan atau transfer pengetahuan dan teknologi merupakan jalan bagi petani dalam merealisasikan program-program ketahanan pangan dan kemandirian masyarakat sehingga mampu menghasilkan output yang optimal demi mewujudkan kehidupan yang mapan dan mandiri bagi petani. Kabupaten Bogor mempunyai potensi lahan yang luas, saat ini sebagian besar merupakan wilayah pertanian, tegalan dan hutan. Untuk produk pertanian unggulan, Kabupaten Bogor memiliki potensi sumber daya pertanian, perkebunan, dan kehutanan.

IPB sebagai perguruan tinggi pertanian, memiliki berbagai hasil riset dan inovasi yang dapat diaplikasikan oleh masyarakat. Progam aksi pengembangan hasil-hasil penelitian IPB di bidang pangan merupakan salah satu bentuk Tridharma Peruruan Tinggi yang dilakukan oleh sivitas akademika IPB. Kegiatan ini akan dilaksanakan di Kampung Calobak, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari dengan ruang lingkup kegiatan adalah ”Pencanangan Pemanfaatan Lahan Tidur”.
Kegiatan “Pencanangan Pemanfaatan Lahan Tidur” dilaksanakan pada hari Jumat, 24 Oktober 2014 di Kebun Percobaan Direktorat Kajian Strategis dan Kebijakan Pertanian IPB, Kampung Calobak RT. 003 / RW. 007, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.
Dengan format acara yang begitu santai dan penuh keakraban acara ini dipandu oleh Handian Purwawangsa, S.Hut, M.Si (Kasubdit Kajian dan Program Aksi-KSKP IPB), sambutan disampaikan Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, M.Sc (Rektor IPB), H. Iwan Setiawan, SE (Wakil Ketua DPRD Kab. Bogor). Acara dibuka oleh Dr. Syarifah Sopiah (Kepala BAPPEDA) yang mewakili Plt. Bupati. Dalam acara ini juga ada diskusi dan Drs. H. Nana Suryana, MM. (Mantan Wakil Bupati Kab. Bogor) ditunjuk sebagai moderator pada acara tersebut.

Rabu, 21 Januari 2015

Rumput Odot: Solusi Hijauan Pakan Ternak


Persoalan daging sapi adalah salah satu isu sektor pertanian yang mengemuka beberapa waktu terakhir. Tingginya tingkat konsumsi daging sapi nasional belum diimbangi dengan produktivitas sapi nasional. Pemerintah kemudian mengambil kebijakan impor, baik berupa daging maupun bakalan sapi.
Angka impor bakalan sapi yang tinggi, tidak disadari akan berdampak pada pemenuhan kebutuhan pakan ternak. Di sisi lain, masih ada lahan tidak produktif yang tidak diusahakan. Direktorat Kajian Strategis dan Kebijakan Pertanian (KSKP) IPB melihat ada potensi lahan yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan hijauan pakan ternak.
Salah satu lahan yang menjadi model pengembangan hijauan pakan ternak (rumput odot) dengan memanfaatkan lahan non produktif adalah lahan di Kampung Cibilik, Desa Nanggerang, Kabupaten Sukabumi. Penanaman rumput odot di kampung yang berbatasan dengan Taman Nasional Gede-Pangrango ini dilakukan di lahan seluas 2 ha. Kasubdit Kajian Strategis dan Program Aksi, Handian Purwawangsa, S.Hut, M.Si dalam pengantarnya menyampaikan bahwa model pengembangan hijauan pakan ternak ini adalah upaya nyata IPB dalam menyumbang solusi penyediaan pakan ternak.
Pada hari Sabtu, 25 Januari 2014 yang lalu, diselenggarakan acara Panen Perdana. Panen Perdana yang dibuka oleh Direktur KSKP IPB, Dr.Ir. Dodik Ridho Nurrochmat, M.Sc.F.Trop ini menandai awal pemanenan rumput odot di Kampung Cibilik. Acara ini juga dihadiri oleh Camat Kecamatan Cicurug, Kepala Desa Nanggerang, Petani, Tokoh Masyarakat dan Wartawan dari berbagai media.
Matahari yang bersinar cukup terik dan angin yang berhembus kencang, tidak menyurutkan niat para hadirin untuk melihat langsung lokasi pemanenan yang berada di lereng yang cukup terjal. Rumput odot yang akan dipanen ini memiliki produktivitas sekitar 4 ton/ha. Dan dalam pemasarannya pun, sudah bekerjasama dengan PT. Fajar Taurus sebagai perusahaan peternakan sapi yang siap membeli hasil panen petani. (ew)

MEMBANGUNKAN LAHAN TIDUR DAN MENGGEMUKKAN SAPI, ( HANDIAN PURWAWANGSA, BRAMADA WINIAR PUTRA )





PEMBANGUNAN KAWASAN PERTANIAN TERPADU (Berbasis Lahan Tidur), Handian Purwawangsa.S.Hut., M.Si







MODEL-MODEL PEMANFAATAN LAHAN TIDUR YANG SUDAH BERJALAN. Handian Purwawangsa.S.Hut., M.Si






PEMBANGUNAN KABUPATEN BOGOR BERBASIS PERTANIAN, Handian Purwawangsa.S.Hut., M.Si

MISI KABUPATEN BOGOR

  1.  Meningkatkan kesalehan sosial dan kesejahteraan masyarakat.
  2. Meningkatkan daya saing perekonomian masyarakat dan pengembangan usaha berbasis sumberdaya alam dan pariwisata.
  3. Meningkatkan integrasi, koneksitas, kualitas dan kuantitas infrastruktur wilayah dan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan.
  4. Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas penyelenggaraan pendidikan dan  pelayanan kesehatan.
  5. Meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan kerjasama antar daerah dalam kerangka tata kelola pemerintahan yang baik.
 KEBIJAKAN UMUM PEMBANGUNAN KABUPATEN BOGOR (RPJM 2013-2018)
 
  • ´Pembangunan sosial masyarakat, budaya dan kehidupan beragama (indikator utama IPM dan IPG)
  • ´Pembangunan ekonomi diarahkan pada peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat.. Dst
  • ´Pemantapan tata kelola pemerintah daerah