Senin, 30 Maret 2015

Bertekad Bangkitkan Lahan Tidur


Handian Purwawangsa dan Danrem 061/SK, Letkol Inf Fulad, Ssos, MSi.
Ketika TNI Dan Petani Bersatu Kembangkan Pertanian Kabupaten Bogor
“Di tengah terpuruknya dayabeli warga, dan melambungnya harga bahan kebutuhan pokok akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) belakangan ini, muncul komitmen TNI bersama petani Bogor untuk membangkitkan lahan tidur, sebuah upaya konkret menjawab jeritan rakyat.”
Laporan: Mochamad Ircham
Tekad TNI memperjuangkan tingkat ketahanan pangan di Kabupaten Bogor, sebagaimana didambakan Komandan Korem 061/Suryakancana, Kolonel Inf Fulad, SSos, MSi, dengan pola pemanfaatan lahan tidur terjawab sudah.
Handian Purwawangsa sebagai akademisi yang ahli dalam pemanfaatan lahan tidur (non produktif) di Kabupaten Bogor memaparkan, pola kesejahteraan masyarakat Bogor itu bisa dipacu melalui sektor pertanian. “Tentu, pertanian di sini dalam arti luas,” ujarnya.
Dandim 0621, Letkol Inf Nugroho Imam Santoso, SE, MM juga telah berdiskusi dan membahas langkah dan strategi membangun Kabupaten Bogor dengan konsep dan pelaksanaan kegiatan pertanian yang diuraikan oleh Handian Purwawangsa dalam forum resmi, seperti pada kegiatan Apel Dansat Jajaran Korem 061/SK, Selasa (24/3) di Gunung Bunder, Kabupaten Bogor.
“Saya sudah membuat kesepahaman (MoU/Memorandum of Understanding) dengan Ibu Yanti, Bupati Bogor,” ujar Dandim 0621, Letkol Inf Nugroho Imam Santoso, SE, MM. Ia menyatakan, untuk mencapai swasembada pangan secara nasional di Kabupaten Bogor, TNI difokuskan pada pendampingan.
Pemanfaatan lahan tidur dalam rangka mendukung tercapainya program swasembada pangan Kabupaten Bogor tersebut dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat. Untuk itu, TNI mempunyai peran penting dalam hal tersebut.
Mengelola alam dengan maksud mewujudkan ketahanan pangan, tambah Handian, bukan hanya tanggungjawab pemerintah, tapi juga TNI dan masyarakat. “Tiga pihak itu memiliki fungsi dan peran yang sama, sehingga alam tetap lestari dan memberikan manfaat berupa kesejahteraan pada masyarakat. Ujung dari keberhasilan menciptakan lingkungan hidup yang aman dan nyaman dengan pertanian adalah kesejahteraan. Ini selaras dengan pepatah leluhur kita, yakni ‘leuweung hejo, rakyat ngejo’. Prinsip ini yang harus terus diinternalisasikan,” cetus Handian.
Bob Asep Saepudin, Direktur Eksekutif Qiara Institute menyatakan, bila TNI dan Tani benar-benar menyatu dan berkomitmen bersama mewujudkan prinsip leluhur dengan semangat membangkitkan lahan tidur, itu sebagai langkah luar biasa. “Warga Kabupaten Bogor sudah seharusnya menerapkan pertanian terpadu (Integrated Farming) agar pemilik lahan dan para petani terhindar, bahkan segera terbebas dari kesenjangan yang ada,” paparnya. n

Tidak ada komentar:

Posting Komentar