Selasa, 17 Februari 2015

Berantas Buta Aklsara membaca Al-Quran



Membaca Al-Qur’an

Handian: Butuh Gerakan Bersama yang Didorong Pemkab Bogor
Cibinong | Jurnal Bogor

Guna memberantas buta aksara membaca Al-Qur’an di Bumi Tegar Beriman dibutuhkan gerakan bersama yang didorong Pemkab Bogor, sehingga cakupannya yang selama ini sebatas pada program lembaga-lembaga tertentu, bisa semakin diperluas.
“Program-program pengajaran baca Al-Qur’an masih sebatas program dari lembaga-lembaga tertentu, dan belum menjadi gerakan bersama yang didorong oleh pemerintah, sehingga cakupannya masih relatif sempit,” ungkap Dosen Manajemen Kehutanan, Fakultas Kehutanan IPB, Handian Purwawangsa yang siap mendampingi Yanti, sapaan akrab Plt Bupati Bogor, Nurhayanti itu kepada Jurnal Bogor, Senin (16/2).
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta pada 2012, diperoleh data yang cukup mencengangkan, yakni 65 persen umat Islam belum bisa membaca Al-Qur’an alias buta aksara Al-Qur’an. Angka tersebut jauh lebih besar, jika dibandingkan dengan angka buta aksara,  merujuk pada data Kabupaten Bogor 2012 bahwa hanya ada 4,73 persen penduduk Kabupaten Bogor usia 15-60 tahun belum bisa membaca/buta aksara. Sebagai kabupaten yang memiliki visi meningkatkan kesalehan sosial dan kesejahteraan masyarakat, lanjut Handian, program mengurangi angka buta aksara Al-Qur’an adalah sesuatu yang wajib dilakukan, selain tentu saja tetap melanjutkan program peningkatan melek aksara Latin.
“Banyak faktor yang menyebabkan jumlah umat muslim yang belum bisa memahami Al-Qur’an, seperti faktor kesibukan, malu, lingkungan dan sistem pengajarannya yang rumit. Untuk anak usia dini, ketidakmampuan membaca Al-Qur’an banyak dipengaruhi oleh kurikulum yang kurang menunjang, terbatasnya guru ngaji di desa, kesibukan orangtua serta faktor lingkungan,” paparnya.

Persepsi masyarakat juga cukup berpengaruh, kata Handian, di mana orangtua mau membayar mahal, misalnya untuk kursus Bahasa Inggris atau pelajaran umum lainnya, tapi keberatan jika anaknya harus membayar untuk belajar membaca Al-Qur’an.

“Pemberantasan buta baca Al-Qur’an hendaknya difokuskan pada anak usia sekola (SD sampai dengan SMU), karena pada usia tersebut relatif mudah dalam menerima pelajaran, dapat diintegrasikan dengan program sekolah dan pada umumnya belum banyak memiliki beban hidup seperti orang dewasa,” ujarnya.

Langkah strategik yang dapat dijalankan, menurut dia, di antaranya adalah melakukan inventarisasi anak usia sekolah, melakukan pemetaan, mengapa mereka belum dapat membaca Al-Qur’an, melibatkan universitas/perguruan tinggi/pesantren yang memiliki kompetensi, para guru ngaji di desa, serta lembaga-lembaga yang sudah terlebih dahulu memberikan pengajaran baca Al-Qur’an, dan membuat serta menjalankan program, sesuai dengan masukan berbagai pihak yang berkompenten sesuai dengan karakteristik anak yang belum dapat membaca Al-Qur’an. n M Ircham


Senin, 16 Februari 2015

Percepatan Pembangunan Perekonomian Daerah Kabupaten Bogor“The time to repair the roof is when the sun is shining.” Apa yang dapat saudara tangkap dari ungkapan tersebut? Mulanya Kita berpikir apa yang dikatakan Kennedy itu hanya hal yang biasa dengan sedikit muatan. Siapapun, orang di negara bagian manapun tentu tahu bahwa waktu yang paling baik untuk membetulkan atap rumah yang rusak adalah ketika hari sedang baik atau cerah. Membetulkan atap ketika hujan hanya akan menjadi kesia-siaan terhadap usaha tersebut. Itukah yang ingin dikatakannya? Tidak mungkin sekelas Kennedy hanya sekadar mengumbar kata-kata, merelakan diri untuk berbicara hal sederhana tanpa tujuan apa-apa. Pada konstruksi bangunan, barangkali atap menjadi bagian terpenting sebagai benteng perlindungan. Tanpa atap, kita mungkin tidak akan mampu beraktivitas dengan tenang dan memiliki rasa aman. Bahkan akan sangat mungkin sulit melakukan apapun yang berkaitan dengan aktifitas keseharian. Lalu apa yang dimaksud dengan Kennedy mengenai atap? Pengasosiasian atap kerap dikaitkan pada banyak hal. Salah satunya adalah pada sebuah kondisi suatu negara atau wilayah, juga pada bidang ekonomi. Pada kalimat itu Kita melihat Kennedy sebagai seorang yang gelisah. Pemahaman terhadap kalimat tersebut muncul ketika Kita berpikir dan menyoal beban yang ditanggungnya kala itu. Oleh karena hal tersebut Kita menjadi sepakat apabila perspektif atap, kita asosiasikan dengan urusan ekonomi. Pertumbuhan pembangunan ekonomi di daerah agaknya selalu terbentur pada urusan-urusan yang mendasar. Masalah tanah dan izin. Tetapi percepatan pembangunan, apabila melihat kondisi di zaman modern ini menjadi sangat perlu. Di tempat tinggal Kita, Kabupaten Bogor, pertumbuhan ekonomi berada pada posisi rumpang, sehingga bersandar pada posisi manapun akan sama-sama sulit. Meskipun masih bisa dikendalikan. Laju pertumbuhan ekonomi yang berasaskan pemanfaatan lahan kosong untuk disulap menjadi ekonomi layanan publik justru kini berbalik menyerang. Pusat perkonomian yang tumbuh secara berlebih menjadikan para pelaku ekonomi masyarakat menjadi terseret yang akhirnya mematikan mata pencaharian mereka. purwawangsa_qoutes_8Kennedy melalui personifikasi atap, mengajarkan kita untuk bersabar dalam menjaga dan membangun pertahanan ekonomi. Tidak gegabah untuk naik ke atas ketika hujan belum reda meskipun keadaan sedang sulit. Ekonomi Kabupaten Bogor dapat dikatakan tumbuh dan melaju dengan sangat cepat. Namun ada hal yang luput di dalamnya, kesabaran sebagai kontrol diri tidak ditanamkan terlebih dahulu. Akibatnya pertumbuhan pembangunan ekonomi yang cepat tidak berdampak besar. Setelah penanaman kesabaran lewat filosofi atap akan memperlihatkan pada kita bahwa sebuah rumah harus dibentuk dan diwujudkan dari rasa aman dan nyaman di mana perekonomian tidak dikuasasi segelintir orang bahkan kelompok. Menurut Kita, Kabupaten Bogor tidak boleh takut mengangkat perekonomian di wilayah pertanian. Banyak lahan-lahan yang menunggu tangan-tangan pekerja keras yang percaya hidup dibangun dari usaha dan rasa saling memiliki, demi tercapainya kesejahteraan masyarakat.

sumber :http://handianpurwawangsa.com/percepatan-pembangunan-perekonomian-daerah-kabupaten-bogor/

Selasa, 10 Februari 2015

POLING

Selasa, 03 Februari 2015

Wujud Kerjasama Berkelanjutan Pemkab-Perguruan Tinggi Wajib Kembali Bangun Desanya!




“Pemkab bisa bekerjsama dengan perguruan tinggi di sekitar Bogor, lantas memberikan beasiswa unggulan kecamatan. Setiap kecamatan memperoleh satu beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi (bisa sarjana atau diploma). Setelah lulus, penerima beasiswa harus kembali untuk membangun desanya.”
Alternatif program untuk meningkatkan lama sekolah dan kualitas sumberdaya manusia, khususnya di pedesaan adalah dengan cara membuat program beasiswa unggulan kecamatan. Setiap kecamatan memperoleh satu beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi (bisa sarjana atau diploma).
Syarat utama dari beasiswa ini adalah jurusan yang diambil merupakan jurusan/keahlian yang paling diperlukan  oleh masing-masing kecamatan, dan  setelah lulus, maka penerima beasiswa harus kembali untuk membangun desanya.
Pemda bisa bekerjasama dengan universitas atau perguruan tinggi yang ada di sekitar Bogor. Jika program ini bisa berkelanjutan, maka di setiap kecamatan akan bertambah satu sarjana setiap tahunnya.
Program beasiswa juga harus diintegrasikan dengan program pembangunan di setiap desa atau kecamatan, sehingga sarjana yang sudah tercetak dapat bekerja di tempat asalnya.
Jika pendidikan formal tidak memungkinkan, maka dapat dibuat program pendidikan informal yang sesuai dengan kebutuhan anak putus sekolah. Sebagai contoh, untuk anak yang putus sekolah karena hukuman perlu dimasukkan ke dalam pendidikan nonformal yang mengedepankan pendidikan akhlak, moral dan motivasi.
Untuk anak putus sekolah karena alasan ekonomi bisa dibuat program pendidikan informal yang mengedepankan keterampilan di bidang pertanian, perbengkelan, jasa, dll, sehingga mereka dapat memiliki bekal yang cukup untuk mengarungi kehidupannya.
Upaya Dinas pendidikan Kabupaten Bogor melalui UPTDnya di setiap kecamatan yang sudah melakukan penyisiran murid putus sekolah perlu diapreasiasi dan dilanjutkan. Langkah berikutnya adalah memberikan treatment terhadap murid putus sekolah tersebut, sesuai dengan penyebabnya (internal atau eksternal).
Sebagai contoh, murid yang putus sekolah karena masalah ekonomi perlu memperoleh beasiswa penuh  dari pemerintahan daerah atau melalui program bapak angkat. Murid yang putus sekolah karena faktor lingkungan yang kurang baik, kurangnya motivasi atau karena minimnya  dukungan keluarga akibat terbatasnya wawasan orangtua bisa difasilitasi di sekolah atau pesantren yang menyediakan asrama, sehingga murid dapat memperoleh motivasi dan lingkungan yang kondusif.
Pendekatan dan komunikasi intensif juga perlu diberikan kepada orangtua murid untuk menanamkan pentingnya pendidikan untuk masa depan anaknya. Kunci dalam mengurangi putus sekolah adalah membuat program yang sesuai dengan faktor penghambat murid tersebut dalam melanjutkan pendidikan.
Kabupaten Bogor memiliki SDA yang cukup besar, mulai dari lahan yang subur, bahan tambang, air, sehingga bisa  dibilang, apapun ada di Kabupaten Bogor. Di sisi lain, SDM di Kabupaten Bogor masih perlu ditingkatkan. Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Bogor masih kurang dari 9 tahun,  artinya secara rata-rata masyarakat Kabupaten Bogor belum lulus SLTP.
Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor pada 2012, angka putus  sekolah untuk tingkat SD sebanyak 0, 20 persen, SMP sebanyak 0,50 persen dan  SMA sebanyak 0,80 persen.  Karena pendidikan merupakan faktor penting dalam memajukan suatu bangsa, maka perlu upaya, peran dan kerja keras pemerintahan daerah dalam memajukan pendidikan masyarakatnya. Oleh: Handian Purwawangsa | *

sumber : http://jurnalbogor.co/?s=handian+purwawangsa

Penetapan Bupati Terkatung-katung DPRD Minta Nurhayanti Tegas




DPRD Kabupaten Bogor mendesak Nurhayanti bersikap tegas, terkait siapa yang akan dipinangnya menjadi wakil bupati, pasalnya ketegasan itu akan mempercepat penetapannya sebagai Bupati Bogor, menggantikan posisi Rachmat Yasin, yang telah diberhentikan Menteri Dalam Negeri, karena tersangkut kasus hukum.
“Sikap tegas Bu Yanti, saat ini sangat ditunggu, sebut saja siapa nama calon wakil yang akan dipilihnya, karena gara-gara belum ada kejelasan, akibatnya penetapan dia sebagai Bupati Bogor menjadi terkatung-katung,” pinta Hendrayana, anggota DPRD asal Partai Hanura, kepada Jurnal Bogor, Minggu (01/02) di kediamannya di Jasinga.
Hendrayana menegaskan siapa pun yang nantinya dipilih Nurhayanti, untuk mendampinginya hingga tahun 2018 mendatang, DPRD pasti akan mendukungnya. “Mau si A atau si B, bagi DPRD tidak masalah, karena kita ingin persoalan Bupati dan Wakil Bupati Bogor cepat selesai, agar semua pihak fokus untuk melaksanakan program pembangunan,” ujarnya.
Hendrayana kembali menegaskan dari sejumlah calon yang ramai diberitakan untuk mengisi kursi wakil bupati, semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan. “Diposisi inilah, Nurhayanti harus pandai memilihnya, jangan sampai salah, karena tugas seorang wabup untuk saat ini lumayan berat, dan bukan lagi sebatas ban serep semata,” katanya.

Nurhayanti sendiri, masih enggan membuka mulut terkait nama calon pendampingnya nanti. Ia hanya menginginkan calon yang akan dipinangnya nanti haruslah yang satu visi dengan dirinya, yakni sama-sama memiliki semangat juang untuk mewujudkan Kabupaten Bogor termaju di Indonesia. “Pada saatnya nanti akan saya umumkan, siapa nama calon wakil bupati. Untuk saat ini saya belum bisa, karena ingin fokus dulu melaksanakan program-program pembangunan,” karanya singkat.
Sementara itu, empat nama yang masuk bidikan Nurhayanti, mengaku siap bekerja sama dengan Bupati, untuk menjalankan program-program pembangunan yang telah dicanangkan mantan Bupati Rachmat Yasin. “Tak ada alasan apapun bagi saya untuk tidak melanjutkan program yang dicanangkan RY, yang tak lain sahabat saya itu, blue print rencana pembangunan Kabupaten Bogor kedepan sudah tepat,” kata Endang Kosasih.
Fitri Putra Nugraha alias Nungki, pun sama, putra almarhum  mantan Bupati Agus Utara Effendi ini mengaku telah mengetahui permasalahan yang dihadapi Kabupaten Bogor. “Selama dua periode menjabat anggota DPRD, ada sejumlah masalah yang diminta masyarakat untuk segera diselesaikan, diantaranya soal peluang usaha, kemiskinan dan perbaikan infrastruktur. Dengan APBD cukup besar, semua masalah itu bisa diselesaikan, dengan catatan dilaksanakan secara konsisten,” tegasnya.
Ade Munawaroh Yanwar, yang kini menjabat Wakil Ketua DPRD mengaku siap jika warga memberikan amanah kepada dirinya untuk menjadi pendamping Bupati Nurhayanti. “Kalau memang takdir menghendaki saya menjadi pendamping Bu Yanti, amanah itu akan saya laksanakan dan jaga dengan sebaik-baiknya, demi terwujudnya Kabupaten Bogor yang maju dan sejahtera,” ungkapnya.
Nama terakhir yang ikut meramaikan bursa calon wakil bupati, Handian Purwawangsa, sarjana ilmu kehutanan jebolan IPB, yang kini banyak berkiprah membantu petani dengan memanfaatkan lahan tidur, mengaku 100 persen siap. “Lahan di Kabupaten Bogor ini sangat subur, tanaman apapun bisa tumbuh, dan bisa dijadikan alat atau sarana untuk menekan tingginya angka pengangguran dan kemiskinan, dan jika saya dipercaya mendampingi Bu Yanti, program ini akan saya perkuat,” ujarnya. n Mochamad Yusuf
sumber :  http://jurnalbogor.co/?s=handian+purwawangsa

Senin, 02 Februari 2015


Sebagai bagian dari institusi pendidikan terkemuka bidang pertanian di Indonesia yakni Institut Pertanian Bogor, Direktorat Kajian Strategis dan Kebijakan Pertanian IPB ingin mewujudkan pengarusutamaan pertanian melalui rangkaian kegiatan kajian yang diikuti dengan program aksi. Salah satu bagian dari program aksi yang dilakukan oleh Direktorat KSKP IPB adalah advokasi petani manggis Kabupaten Bogor guna peningkatan akses pasar.
Direktorat KSKP IPB melihat adanya potensi perkebunan manggis yang besar di Kabupaten Bogor, tepatnya di Desa Leuwikaret dan Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal. Desa-desa di Kecamatan Klapanunggal ini mempunyai potensi pengembangan pertanian yang tinggi, khususnya untuk komoditas manggis dilihat dari segi kesesuaian biofisik, luasan pengusahaan komoditas manggis, dan tingginya minat masyarakat dalam pengembangan manggis. Hingga saat ini tercatat lebih dari 30 ha lahan manggis yang diusahakan. Melihat keunggulan ini, Direktorat Kajian Strategis dan Kebijakan Pertanian IPB berencana untuk melaksanakan pembinaan lebih lanjut guna meningkatkan akses petani terhadap pasar.
Pembinaan yang dilakukan Direktorat KSKP IPB rencananya akan terbagi menjadi dua sektor yakni sektor pembinaan pembudidayaan manggis dan sektor pemasaran produk manggis. Pada sektor pembinaan pembudidayaan manggis, akan dilaksanakan serangkaian kegiatan guna peningkatan kapasitas petani melalui pelatihan pembibitan dan bila memungkinkan juga akan dilakukan sertifikasi pohon indukan. Sedangkan di sektor pemasaran produk pertanian, akan dilaksanakan rangkaian kegiatan peningkatan kapasitas petani dalam memasarkan produk, mengakses informasi pasar yang lebih luas dan peningkatan akses penjualan komoditas manggis langsung ke konsumen dan atau ke eksportir. Pada akhirnya, pembinaan yang dilakukan diharapkan bisa mewujudkan pembibitan manggis swadaya dan meningkatkan akses petani terhadap pasar lokal maupun internasional.